About Me

vanvid
saya adalah salah satu mahasiswa kedokteran di salah satu universitas di indonesia.
Lihat profil lengkapku

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
Sabtu, 05 Maret 2011

postheadericon Endokarditis

Definisi
Endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub jantung. Infeksi endokarditid biasanya terjadi pada jantung yang telah mengalami kerusakan. Penyakit ini didahului dengan endokarditis, biasanya berupa penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat. Dahulu Infeksi pada endokard banyak disebabkan oleh bakteri sehingga disebut endokariditis bakterial. Sekarang infeksi bukan disebabkan oleh bakteri saja, tetapi bisa disebabkan oleh mikroorganisme lain, seperti jamur, virus, dan lain-lain.
Epidemiologi
Insidens di negara maju berkisar antara 5,9% sampai 11,6 episode per 100.000 populasi. EI biasanya lebih sering terjadi pada pria dibandingkan perempuan 1,6 sampai 2,5. sekitar 36-75 % pasien dengan EI katup asli (native valve endocarditis) mempunyai faktor predisposisi : penyakit jantung reumatik,penyakit jantung kongenital,prolaps katup mitral,penyakit jantung degeneratif,hipertrofi septal asimetrik atau penyalahgunaan NARKOBA intervena (PNIV). Sekitar 7-25% kasus melibatkan katup prostetik. Faktor predisposisi tidak dapat diidentifikasi pada 25 sampai 47% pasien.
Etiologi
Endokarditis paling banyak disebabkan oleh streptokokus viridans yaitu mikroorganisme yang hidup dalam saluran napas bagian atas. Sebelum ditemuklan antibiotik, maka 90 - 95 % endokarditis infeksi disebabkan oleh strptokokus viridans, tetapi sejak adanya antibiotik streptokokus viridans 50 % penyebab infeksi endokarditis yang merupakan 1/3 dari sumber infeksi. Penyebab lain dari infeksi endokarditis yang lebih patogen yaitu stapilokokus aureus yang menyebabkan infeksi endokarditis subakut. Penyebab lainnya adalah stertokokus fekalis, stapilokokus, bakteri gram negatif aerob/anaerob, jamur, virus, ragi, dan kandida.
Manifestasi klinis
Gejala umum demam dapat berlangsung terus-menerus retermiten / intermiten atau tidak teratur sama sekali. Suhu 38 - 40 C terjadi pada sore dan malam hari, kadang disertai menggigil dan keringat banyak. Anemia ditemukan bila infeksi telah berlangsung lama. pada sebagian penderita ditemukan pembesaran hati dan limpha.
Patofisiologi
`Kuman paling sering masuk melalui saluran napas bagian atas selain itu juga melalui alat genital dan saluran pencernaan, serta pembuluh darah dan kulit. Endokard yang rusak dengan permukaannya tidak rata mudah sekali terinfeksi dan menimbulakan vegetasi yang terdiri atas trombosis dan fibrin. Vaskularisasi jaringan tersebut biasanya tidak baik, sehingga memudahkan mikroorganisme berkembang biak dan akibatnya akan menambah kerusakan katub dan endokard, kuman yang sangat patogen dapat menyebabkan robeknya katub hingga terjadi kebocoran. Infeksi dengan mudah meluas ke jaringan sekitarnya, menimbulkan abses miokard atau aneurisme nekrotik. Bila infeksi mengenai korda tendinae maka dapat terjadi ruptur yang mengakibatkan terjadinya kebocoran katub. Pembentukan trombus yang mengandung kuman dan kemudian lepas dari endokard merupakan gambaran yang khas pada endokarditis infeksi. Besarnya emboli bermacam-macam. Emboli yang disebabkan jamur biasanya lebih besar, umumnya menyumbat pembuluh darah yang besar pula. Tromboemboli yang terinfeksi dapat teranggkut sampai di otak, limpa, ginjal, saluran cerna, jantung, anggota gerak, kulit, dan paru. Bila emboli menyangkut di ginjal. akan meyebabkan infark ginjal, glomerulonepritis. Bila emboli pada kulit akan menimbulkan rasa sakit dan nyeri tekan.
Penatalaksanaan
            Penatalaksanaan kasus EI biasanya berdasarkan terapi empiris, sementara menunggu hasilkultur. Pemilihan antibiotika pada terapi empiris ini dengan melihat kondisi pasien dalam keadaan akut atau subakut. Factor lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah riwayat pengguna antibiotika sebelumnya, infeksi di organ lain dan resistensi obat. Seharusnya antibiotika yang diberikan pada terapi empiris berdasarkan pola kuman serta resistensi obat pada daerah tertentu yang evidence based.
            Pada keadaaan EI akut, antibiotika yang dipilih haruslah yang mempunyai spectrum luas yang dapat mencakup S. aureus, streptokokus dan basil gram negative. Sedangkan pada keadaan EI subakut regimen terapi yang dipilih harus dapat membasmi streptokokus termasuk E.faecalis.
            Terapi empiris ini biasanya hanya diperlukan beberapa hari sambil menunggu hasil tes sensitivitas yang akan menentukan modifikasi terapi.
            Untuk memudahkan dalam penatalaksanaan EI, telah dikeluarkan beberapa guidelines (pedoman) yaitu : American Heart Association (AHA) dan European Society of Cardiology (ESC). Rekomendasi yang dianjurkan kedua pedoman ini pada prinsipnya hamper sama. Penelitian menunjukkan bahwa terapi kombinasi penisilin ditambah aminoglikosida membasmi kuman lebih cepat daripada penisilin saja.
            Regimen terapi yang pernah diteliti antara lain : seftriakson 1x2 gram IV selama 4 minggu, diberikan pada kasus EI karena streptococcus. Pemberian regimen ini cukup efektif dan aman, praktis karena pemberiannya satu kali dalam sehari, dan dapat diberikan sebagai terapi rawat jalan.
            Beberapa penelitian lain juga melaporkan efektivitas regimen terapi oral : sipirofloksasin 2x750mg dan rifampisin 2x300mg selama 4 minggu dan dapat diberikan pada pasien rawat jalan.
            Regimen terapi vankomisin merupakan terapi pilihan pada kasus EI dengan methicilin resistant staphylococcus aureus (MRSA), walaupun demikian respons klinis yang lambat masih cukup sering ditemukan.
            Infeksi HIV sering ditemukan pada pasien EI yang disebabkan PNIV, sekitar 75%. Penatalaksanaannya pada prinsipnya sama, terapi antibiotika diberikan secara maksimal dan tidak boleh dengan regimen terapi jangka pendek.
Terapi Surgikal
            Intervansi surgical dianjurkan pada beberapa keadaan antara lain :
·         Vegetasi menetap setelah emboli sistemik : vegetasi pada katup mitral anterior, terutama dengan ukuran > 10 mm atau ukuran vegetasi meningkat setelah terapi antimikroba 4 minggu.
·         Regurgitasi aorta atau mitral akut dengan tanda-tanda gagal ventrikel
·         Gagal jantung kongestif yang tidak responsive terhadap terapi medis.
·         Perforasi atau rupture katup
·         Ekstensi perivalvular : abses besar atau ekstensi abses walaupun terapi antimikroba adekuat
·         Bakteriemia menetap setelah pemberian terapi medis yang adekuat.

Komplikasi
Komplikasi EI dapat terjadi pada setiap organ, sesuai dengan patofisiologi terjadinya manifestasi klinis :
Jantung : katup jantung, regurgitasi, gagal jantung, abses.

Pencegahan
            Beberapa kondisi jantung dikaitkan dengan resiko endokarditis lebih besar dari populasi normal. Kondisi ini dikelompokkan pada 3 katagori, resiko tinggi, resiko sedang, dan resiko rendah/tanpa resiko.
            Kondisi non kardiak yang meningkatkan ersiko EI adalah penyalahguna narkoba intravena (PINV) yang dikalkulasikan 12x lebih tinggi dari pada non PNIV. Kondisi lain yang menjadi predisposisi EI adalah hiperkoagulasi, penyakit kolon inflamasi, lupus eritematosus sistemik, pengobatan steroid, diabetes mellitus, luka bakar, pemakaian respirator, status gizi buruk dan hemodialisis.
            Target primer pencegahan pada prosedur yang melibatkan rongga mulut, saluran pernafasan atau esophagus adalah streptococcus viridians, yang merupakan penyebab sering katup asli dan katup jantung prostetik onset akhir. Prosedur yang melibatkan traktus genitourinary dan gastrointestinal sering mendahului berkembangnya endokarditis enterokokkal sehingga target kumannya adalah enterokokkus. Jika dilakukan insisi dan drainage kulit dan jaringan lunak yang terinfeksi, profiliksasi difokuskan pada S.aureus.

0 komentar: